Sabtu, 28 Juli 2012

Boneka Anak Itu


Aku Kelas 4 Sekolah Dasar, Tetanggaku Mi-Chan, adalah anak kecil yang akan segera masuk kelas sekolah dasar.
Hari ini, Kakekku yang sedang Bertamasya ke Luar Negeri akan pulang. Mi-Chan dari pagi sudah dating ke rumahku, dan dengan gembira menunggu kedatangan Kakek.
Boneka untuk Ai, dan kotak musik untuk Mi!” Begitu tiba di rumah, kakek segera memberikan oleh-oleh untuk keduanya.
Kakak Ai dapat Boneka, Ya…” Mi-Chan memandang boneka itu dengan perasaan iri.
“Kakek terimakasih ya”, sambil berkata, aku naik ke rumahku di lantai 2 denga membawa kado itu. Mi-Chan umurnya belum genap 4 tahun, dan masih suka semaunya sendiri. Aku tidak mau kalau sampai Mi-Chan ingin melihat bonekaku ini. Aku membuka bungkusannya dengan diam-diam. Yang keluar dari dalam kotak adalah boneka antic dengan baju berwarna merah tua, wajahnya outih dan matanya biru, wajahnya indah sekali. Tapi, entah seperti Mengapa senyumannya terlihat sedikit mengerikan.
“Apa karena Bibirnya?” Kalau dipandang lama, jadi merinding bulu kudukku.
(Aku tidak mau yang mengerikan seperti ini…)
Aku biarkan boneka itu tergeletakbegitu saja, dan segera turun ke bawah.
“Kakek, Terimakasih atas bonekannya yang cantik, ya!!”
“Kamu suka?”
“Iya suka sekali” Aku berbohong
“…….Mi lebih suka bonekannya. Kakak Ai enak, ya….”
Di atas meja ada sebuah kotak musi buatan Swiss dengan ornament-oramen yang indah.
“Bagus sekali kotak musik ini!”
“Aku lebih baik boneka,” kata Mi-Chan sambil mengeruttu.
“Kalau begitu tukar saja”
“Boleh? tidak apa-apa?”
“Ya, tapi kalau kamu sudah bosan, kamu tidak boleh minta ditukar lagi. Kasihan bonekanya kan?”
“Ai maaf…,” Kakek mengatakannya dengan penuh penyesalan.
“tidak apa-apa, aku kan lebih tua daripada Mi-Chan!”
Mi-Chan sangat gembira dan pulang sambil membawa bonekanya.
Tidak sampai 1 bulan setelah itu, Mi-chan meninggal karena kecelakaan.
Sesuai dengan janjinnya, Mi-Chan sangat merawat boneka yang mengerikan itu dangan baik. Sampai-sampai pergi ke manapun. Mi-Chan selalu membawa bonekannya itu. Di samping tubuh Mi-chan yang berlumuran darah, tergolek boneka itu dengan wajah pucat yang tertawa.
Pada hari pemakaman, di dalam peti mati yang kecil Mi-chan berdampingan dengan bonekannya. Aku kembail merasa merinding.
Karena aku takut pergi ke crematorium, maka aku pulang terlebih dahulu. Setelah itu aku pergi bermain dengan temanku ke tempat game center. Ketika kembali ke rumah,
“A…apa-apaan ini?!”
Aku langsung merinding. Di sisi  jendela si Kamarku duduk boneka yang mengerikan itu. Katannya ibu mendapatkannya dari ibunya Mi-Chan pada saat di Krematorium
“Ini, saya ingin boneka ini dirawat dengan baik, anggap saja sebagai pengganti Mi-Chan.”
Malam hari, lampu akan matikan. Sinar bulan masuk melalui jendela dan menyinari wajah boneka. Boneka itu sedang tertawa.
Aku tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhku.
Keesokan Paginya, aku terbangun oleh suara tawa ibu.
“Aduh Ai, tidur kok pakai memeluj boneka segala!” Di samping tempat tidur, Boneka itu tertawa.
Aku tidak sambil memeluk boneka. Tapi, begitu pagi ternyata boneka itu sudah ada di atas tempat tidurku…
Hal seperti ini terus berlanjut berkali-kali. Aku tidak kuat lagi, aku masukkan boneka itu ke dalam kantog plastik hitam dan membuangnya ke tempat sampah.
Tetapi sepulang aku dari sekolah, boneka itu sudah menngguku di kamar.
“Kyaa!! Aku sudah tidak mau lagi!!”
Ibu telah mengambilnya dari tempat sampah, akupun dimarahi ibu.
Aku takut sekali pada boneka itu. Tapi, walaupun aku ceritakan tidak ada seorangpun yang percaya. Apa boleh buat, dengan membawa boneka itu, aku pergi ke kuil di  mana ada kuburannya Mi-Chan.
Setelah berdoa di kuil, aku berpikir cara yang paling baik adalah membakar boneka itu. Pendeta itu menerimanya dengan baik.
Satu tahun kemudian.
Pada hari peringatan meninggalnya Mi-Chan, seluruh kerabat berkumpul di kuil.
Masuk ke dalam ruang utama, aku berdoa kepada patung budha yang besar. Lalu, pada saat mengangkatkan wajah, aku begitu terkejut sampai tidak bias bersuara lagi.
Di samping patung sang budha, duduk boneka itu.
“Ah Boneka…..!!”
Salah satu Kerabatku, anak perempuan berumur 5 tahun, berlari lalu memeluk boneka itu.
Pada saat aku melihat,Tangan boneka itu memegang erat rok anak itu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar