Aku
Kelas 4 Sekolah Dasar, Tetanggaku Mi-Chan, adalah anak kecil yang akan segera
masuk kelas sekolah dasar.
Hari
ini, Kakekku yang sedang Bertamasya ke Luar Negeri akan pulang. Mi-Chan dari
pagi sudah dating ke rumahku, dan dengan gembira menunggu kedatangan Kakek.
Boneka
untuk Ai, dan kotak musik untuk Mi!” Begitu tiba di rumah, kakek segera
memberikan oleh-oleh untuk keduanya.
Kakak
Ai dapat Boneka, Ya…” Mi-Chan memandang boneka itu dengan perasaan iri.
“Kakek
terimakasih ya”, sambil berkata, aku naik ke rumahku di lantai 2 denga membawa kado
itu. Mi-Chan umurnya belum genap 4 tahun, dan masih suka semaunya sendiri. Aku
tidak mau kalau sampai Mi-Chan ingin melihat bonekaku ini. Aku membuka
bungkusannya dengan diam-diam. Yang keluar dari dalam kotak adalah boneka antic
dengan baju berwarna merah tua, wajahnya outih dan matanya biru, wajahnya indah
sekali. Tapi, entah seperti Mengapa senyumannya terlihat sedikit mengerikan.
“Apa
karena Bibirnya?” Kalau dipandang lama, jadi merinding bulu kudukku.
(Aku tidak
mau yang mengerikan seperti ini…)
Aku
biarkan boneka itu tergeletakbegitu saja, dan segera turun ke bawah.
“Kakek,
Terimakasih atas bonekannya yang cantik, ya!!”
“Kamu
suka?”
“Iya
suka sekali” Aku berbohong
“…….Mi
lebih suka bonekannya. Kakak Ai enak, ya….”
Di
atas meja ada sebuah kotak musi buatan Swiss dengan ornament-oramen yang indah.
“Bagus
sekali kotak musik ini!”
“Aku
lebih baik boneka,” kata Mi-Chan sambil mengeruttu.
“Kalau
begitu tukar saja”
“Boleh?
tidak apa-apa?”
“Ya,
tapi kalau kamu sudah bosan, kamu tidak boleh minta ditukar lagi. Kasihan
bonekanya kan?”
“Ai
maaf…,” Kakek mengatakannya dengan penuh penyesalan.
“tidak
apa-apa, aku kan lebih tua daripada Mi-Chan!”
Mi-Chan
sangat gembira dan pulang sambil membawa bonekanya.
Tidak
sampai 1 bulan setelah itu, Mi-chan meninggal karena kecelakaan.
Sesuai
dengan janjinnya, Mi-Chan sangat merawat boneka yang mengerikan itu dangan baik.
Sampai-sampai pergi ke manapun. Mi-Chan selalu membawa bonekannya itu. Di
samping tubuh Mi-chan yang berlumuran darah, tergolek boneka itu dengan wajah
pucat yang tertawa.
Pada
hari pemakaman, di dalam peti mati yang kecil Mi-chan berdampingan dengan
bonekannya. Aku kembail merasa merinding.
Karena
aku takut pergi ke crematorium, maka aku pulang terlebih dahulu. Setelah itu
aku pergi bermain dengan temanku ke tempat game center. Ketika kembali ke
rumah,
“A…apa-apaan
ini?!”
Aku
langsung merinding. Di sisi jendela si
Kamarku duduk boneka yang mengerikan itu. Katannya ibu mendapatkannya dari
ibunya Mi-Chan pada saat di Krematorium
“Ini,
saya ingin boneka ini dirawat dengan baik, anggap saja sebagai pengganti
Mi-Chan.”
Malam
hari, lampu akan matikan. Sinar bulan masuk melalui jendela dan menyinari wajah
boneka. Boneka itu sedang tertawa.
Aku
tidur dengan selimut menutupi seluruh tubuhku.
Keesokan
Paginya, aku terbangun oleh suara tawa ibu.
“Aduh
Ai, tidur kok pakai memeluj boneka segala!” Di samping tempat tidur, Boneka itu
tertawa.
Aku
tidak sambil memeluk boneka. Tapi, begitu pagi ternyata boneka itu sudah ada di
atas tempat tidurku…
Hal
seperti ini terus berlanjut berkali-kali. Aku tidak kuat lagi, aku masukkan
boneka itu ke dalam kantog plastik hitam dan membuangnya ke tempat sampah.
Tetapi
sepulang aku dari sekolah, boneka itu sudah menngguku di kamar.
“Kyaa!!
Aku sudah tidak mau lagi!!”
Ibu
telah mengambilnya dari tempat sampah, akupun dimarahi ibu.
Aku
takut sekali pada boneka itu. Tapi, walaupun aku ceritakan tidak ada seorangpun
yang percaya. Apa boleh buat, dengan membawa boneka itu, aku pergi ke kuil
di mana ada kuburannya Mi-Chan.
Setelah
berdoa di kuil, aku berpikir cara yang paling baik adalah membakar boneka itu.
Pendeta itu menerimanya dengan baik.
Satu
tahun kemudian.
Pada
hari peringatan meninggalnya Mi-Chan, seluruh kerabat berkumpul di kuil.
Masuk
ke dalam ruang utama, aku berdoa kepada patung budha yang besar. Lalu, pada
saat mengangkatkan wajah, aku begitu terkejut sampai tidak bias bersuara lagi.
Di
samping patung sang budha, duduk boneka itu.
“Ah
Boneka…..!!”
Salah
satu Kerabatku, anak perempuan berumur 5 tahun, berlari lalu memeluk boneka
itu.
Pada
saat aku melihat,Tangan boneka itu memegang erat rok anak itu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar